Senin, 15 Oktober 2012

SANG GAJAH


Ketika teman saya sedang melewati gajah, ia tiba-tiba berhenti, bingung dengan makhluk-makhluk besar yang diikat oleh tali kecil pada kaki depan mereka. Gajah tidak rantai, juga tidak dikandang. Sudah jelas gajah bisa melepaskan diri kapan saja dari tali yang mengikat gajah tersebut. Teman saya bertanya ke pelatih yang ada didekatnya, kenapa hewan-hewan besar (gajah) itu tidak berusaha melarikan diri, padahal itu adalah sangat mudah untuk gajah lakukan.

“Yah,” kata pelatih gajah, “ketika gajah-gajah itu masih sangat muda dan jauh lebih kecil, kami mengikat gajah tersebut menggunakan tali ukuran kecil yang pada usia saat itu cukup untuk menahan gajah tersebut. Ketika gajah-gajah itu tumbuh, gajah-gajah itu dikondisikan untuk percaya bahwa gajah tersebut tidak dapat melepaskan diri dari ikatan itu. Gajah itu percaya bahwa tali yang kecil itu masih bisa menahan mereka, sehingga gajah-gajah tersebut tidak pernah mencoba membebaskan diri.
Teman saya kagum. Gajah ini bisa setiap saat melepaskan diri dari ikatan mereka tetapi karena mereka percaya bahwa mereka tidak bisa, mereka berdiam diri. Gajah tersebut terjebak dengan apa yang mereka percayai.

Temans seperti gajah, berapa banyak dari kita menjalani hidup tergantung pada keyakinan bahwa kita tidak bisa melakukan sesuatu, hanya karena kita gagal sekali sebelumnya? Kita telah tumbuh lebih dewasa, paling tidak telah bertambah usia dan pengalaman hidup. Jadi mari kita coba ulangi apa yang kita takut karenanya, bukan untuk gagal lagi, tetapi untuk menutup ketakutan dengan keberhasilan.
Gagal meyakinkan diri untuk mencoba lagi, adalah kegagalan yang sesungguhnya
Anda mungkin pernah gagal dalam berjuang, tetapi tidak ada kata gagal dalam perjuangan. Cobalah sahabat….Yakinlah karena tidak ada perjuangan yang sia-sia :)


Read more: http://www.resensi.net/menciptakan-pola-pikir/2010/12/#ixzz18G1nSYnQ

Hidup ini adalah Ujian

Setiap selasa sore biasa saya kerap kali datang ke sebuah kampus swasta di Tangerang untuk prospecting day atau sekedar follow up donlen2 yang ada di kampus tersebut, kampusnya rame ada di pusat kota Tangerang dan biasanya ramai di malam hari karena mahasiswanya kebanyakan pekerja yang tetap berjuang untuk bisa terus kuliah *ingat jaman dulu kuliah.

Nah setiap kali kesana saya udah punya tempat untuk gelar lapak...*jiaaa gelar lapak, emang dagang huehehehe Pastinya punya tempat untuk duduk dan sambil menikmati jajanan kantin yang ada disana, dan pemilik kantinnya sudah cukup familiar juga, salah satu makanan favorite saya disana Mie ayam...

Penjualanya baik2 dan ga pernah ngusir kita klo kita lama2 nongkrong disitu. Karena waktu datang saya masih sendiri,saya pesan jus alpukat dan sambil nunggu buka2 katalog oriflame *biasa trik,hehehe si abang tukang mie duduk disebelah saya, kemudian bertanya "Kuliah disini teh?semester berapa?" karena mungkin saya sering nongkrong dikampus ini tapi ga pernah keliatan kuliah kali..huehehe kemudian terjadi percakapan :
saya : saya ga kuliah disini,dulu saya diUNIS udah lulus dari tahun 2005
Penjual Mie : owhhh di UNIS?waahh sama donk teh saya juga kuliah disana lulus tahun 2005 ambil jurusan FKIP

Dewi : waahhh kita satu almamater donk yaaa?beda jurusan doang. btw ko kenapa ngga ngajar aja kan 'kuliah di FKIP? Penjual Mie Ayam : Ijazah saya kebakar teh

Dewi : Waduh ko bisa???? Penjual Mie Ayam : Iya waktu itu abis ngelamar kerja PNS trus saya taro di warung Ibu saya, ehhh terjadi musibah kebakaran, ijazah saya kebakar semua. Dewi : Trus kan masih ada mungkin ijzasah yang legarisir dikampus?

Penjual Mie Ayam : Saya sudah coba ke kampus tapi ngga juga diketemukan

Saya : (merasa miris banget denger ceritanya)
Penjual Mie Ayam: Makanya sekarang saya jualan mie ayam aja yang penting bisa menghidupi anak isteri. tiba2 ada pembeli yang pesan mie ayam, so obrolanpun terputus.

Dalam hati saya sangat menyayangkan sekali atas musibah yang menimpanya, tapi itulah musibah bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja dan kita tidak bisa menghindarinya. Karena hidup ini adalah ujian, manusia hidup memang untuk diberikan ujian, baik ujian kesulitan maupun ujian kesenangan. Pada saat diberikan ujian kesulitan hendaknya kita tetap berusaha dan berdoa, berserah diri kepadaNya, tidak ada jalan yang terbaik selain IKHLAS. Yakinlah Allah memberikan ujian tidak melebihi dari batas kemampuan kita.

Naahhh pada saat kita diberikan ujian kesenangan juga hendaknya kita jangan lupa diri, misal kita naik jabatan atau diberikan kekayaan, itupun bisa membuat manusia lalai dan menjadi sombong, nauzubillahiminzalik..semoga kita senantiasa menjadi makhluk yang selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT, aminnnn.

Seberat apapun ujian yang diberikan Allah....baik berupa kesulitan dan kesenangan,hendaknya kita selalu mengingatNya dan yakinlah dibalik ujian itu ada hikmah terbesar yang dapat kita petik.